Jumat, 14 November 2014

Tenangkan Hatimu untuk Duniamu, Resahkan Hatimu untuk Akhiratmu






 
“Dunia ini hijau dan membuat hati terlena karenanya” itulah salahsatu dari kutipan hadist nabi.
Kehidupan ini akan terus menguji keimanan sampai ajal menjemput. Ujian itu akan terus menghampiri hidup kita dan tak pernah sekalipun kita luput dari ujian. Mulai dari pandangan mata, pendengaran telinga dan getaran hati yang kesemuanya itu dipengaruhi oleh alam dengan segala bentuknya yang rupawan dan menawan hati.

Pandangan mata kepada indahnya dunia ditambah dengan merdunya cerita tentang dunia membuat hati terpaut tuk selalu menginginkan dan mentitah akal untuk memikirkan bagaimana cara mendapatkannya. Muncullah angan-angan dan tergeraklah seluruh organ tubuh tuk meraih segala impian duniawi dengan segala kenikmatannya.

Dalam batasan tertentu, menikmati dunia tentu bukan hal yang dilarang, yang menjadi persoalan adalah ketika  gejolak yang membara dalam hati dan  menutup mata terhadap tujuan utama dalam hidup. Yang ada dalam hati dan pikiran adalah bagaimana bisa meraih itu semua dengan apapun caranya, terbayang dalam pikirannya akan kesenangan diri walau masih dalam khayalan. Akhirnya seluruh tubuh letih, pikiran resah, hati gundah...

Senin, 07 Juli 2014

Jika Bisa Terbang, Mengapa Harus Berjalan?



Alkisah, ada seorang raja yang menerima hadiah dari Arab berupa dua elang falcon yang terlihat gagah. Elang ini termasuk jenis peregnie falcon (alap-alap kawah), merupakan burung paling indah yang pernah dilihat sang raja. Dia memberikan kedua burung berharga itu pada kepala pengurus elang falcon-nya untuk dilatih.

Hari demi hari pun berlalu, dan suatu waktu kepala pengurus itu memberi tahu raja kondisi perkembangan kedua alap-alap kawah itu. Meski salah satunya mampu terbang tinggi dengan gagahnya, yang lainnya tidak bergerak sedikit pun dari batang pohon sejak hari pertama dia tiba di istana.

Sang raja pun memanggil tabib dan para ahli lainnya dari penjuru negeri untuk merawat burung elang falcon ini, tapi tidak satu pun dari mereka yang berhasil membuat burung itu terbang. Akhirnya raja menyerahkan tugas ini kepada pejabat istananya.

Keesokan harinya, sang raja melihat lewat jendela istananya bahwa burung itu belum juga berpindah dari tempatnya bertengger. Merasa sudah melakukan semua cara, sang raja berpikir keras mencari cara lain, “Mungkin aku perlu seseorang yang lebih mengenali daerah pedesaan untuk memahami sifat dari persoalan ini.” Maka, sang raja segera memerintahkan pengawalnya. “Cepat panggil seorang petani!”

Esok paginya, sang raja merasa gembira melihat elang falcon itu sudah terbang tinggi di atas taman istana. Katanya kepada pengawas istana, “Panggil petani yang membuat keajaiban ini.”

Si pengawas segera menemukan petani itu, yang akhirnya menghadap sang raja. Sang raja bertanya padanya, “Bagaimana kau bisa membuat elang itu terbang?”

Dengan kepala tertunduk, petani itu menjawab, “Sangat mudah, Yang Mulia. Saya sekadar memotong ranting pohon tempat burung itu bertengger.”

Rekan-rekan Luar Biasa,

Ketahuilah bahwa kita semua diciptakan untuk “terbang tinggi”—dengan menyadari betul potensi kita yang luar biasa sebagai makhluk hidup. Namun alih-alih mencapai potensi itu, kita sekadar duduk-duduk santai di “ranting” kita sendiri, bertautan pada hal-hal yang sudah lazim bagi kita. Di luar sana yang namanya peluang itu tiada akhir. Tapi bagi kebanyakan kita, semua peluang itu masih menjadi misteri. Kita menyesuaikan diri dengan sesuatu yang lazim, yang nyaman, dan yang biasa-biasa saja. Dengan demikian untuk sebagian besar, hidup kita hanya biasa-biasa saja, alih-alih menggairahkan, menyenangkan, dan memuaskan.
=======================================================================
Jadi, mari kita belajar untuk menghancurkan ranting-ranting ketakutan kita yang selama ini menjadi tempat kita menggelantung. Bebaskan diri kita pada kepuasan akan “terbang tinggi”.

Salam sukses luar biasa!

[sumber : http://www.andriewongso.com/articles/details/13565/Jika-Bisa-Terbang-2C-Mengapa-Harus-Berjalan-3F]

Rabu, 14 Mei 2014

Menyusun Tugas Akhir with Herman's Law




===================================
Do you know Herman's law? Seharusnya mahasiswa sudah tidak asing lagi dengan Herman's law, ia tak lain adalah seperangkat etika yang mengatur hubungan antara dosen pembimbing dan mahasiswanya agar proses penelitian tugas akhir ataupun riset yang dilakukan oleh mahasiswa bisa berjalan dengan optimal. Norma dan etika tersebut dirangkum oleh seorang Professor of Applied Physics yang bernama Irving P. Herman dari Columbia University, New York.

        Prof. Herman mengatakan bahwa butir etika yang berjumlah 20 (yang sekarang disebut the Herman's law) dibuat untuk memotivasi mahasiswa yang tergabung dalam grup risetnya dan menjelaskan bagaimana caranya menjadi mahasiswa yang efektif ketika melakukan riset. Etika itu juga menempatkan seorang pembimbing dan mahasiswa yang dibimbingnya dalam suatu interaksi yang bersifat simbiosis mutualisme (saling menguntungkan). Beliau menggaris bawahi bahwa dalam suatu aktivitas riset, benar atau salah harus dievaluasi lewat metode yang obyektif, bukan oleh ego.


Herman's law :

1. Your vacation begins after you defend your thesis [ Waktu nyantai anda dimulai setelah anda selesai sidang tugas akhir dan sidang sarjana ]

2. In research, what matters is what is right, not who is right [ Dalam kegiatan riset, yang dicari adalah mana yang benar, bukan siapa yang benar ]

3. In research and other matters, your adviser is always right, most of the time [ Dalam kegiatan riset, pembimbing anda selalu benar dan berada dalam posisi benar ]